Terlalu berlebihankah "Hari Blogger Nasional"? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak.
Jawaban iya berlebihan karena sepertinya blogger di Indonesia jadi warga negara yang sangat diperhatikan dibandingkan dengan misalnya budayawan atau sastrawan atau penulis yang sudah lebih dulu memberi sumbangsih besar bagi peradaban bangsa Indonesia. Sampai hari ini pemerintah belum pernah menetapkan adanya "Hari Budayawan/Sastrawan/Penulis Nasional". Dan kita semua tahu para santri saja - yang ikut berjuang mati-matian dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945 - baru dapat "Hari Santri Nasional" mulai 22 Oktober tahun 2015 ini!
Jawaban penetapan "Hari Blogger Nasional" tidak lah berlebihan karena sepertinya pemerintah mempertimbangkan aspek pembangunan ekonomi dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Faktanya, masyarakat yang ingin nge-blog butuh listrik, jaringan internet, notebook atau smart phone. Karena nge-blog bisnis PLN, provider seperti indosat, dan berbagai produsen notebook atau smart phone bisa tumbuh dan itu semua dapat memutar roda ekonomi negara. Dengan menetapkan "Hari Blogger Nasional" pemerintah juga ingin mendorong masyarakat untuk suka membaca dan terbiasa menulis. Masyarakat makin cerdas dan pintar. Kita semua tahu banyak buku-buku best seller yang lahir sebelumnya dari tulisan-tulisan di blog-blog pribadi.
Fenomena nge-blog dan blogger tumbuh membesar di Indonesia delapan tahun belakangan ini. Media-media on-line nasional tak mau ketinggalan menyediakan kanal khusus blogger, blog untuk para pembacanya. Misalnya detikcom punya blogdetik, tempodotco dengan politikana, dan kompasdotcom memunculkan kompasiana.
Lalu pada perkembangannya blog-blog muncul sesuai kebutuhan. Ada blogger yang khusus membahas keluarga, gaya hidup, jalan-jalan/plesir, kuliner, dan sepertinya yang "hanya terjadi di Indonesia" ada blogger urusan pilkada dan pilpres terutama makin seru dengan munculnya fenomena "Jokowi-effect" pada Pilkada DKI 2012 dan Pilpres 2014 lalu.
Kini, persoalan muncul apakah semua content yang ditulis dalam blog itu "credible", dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan?
Persoalan kredibiltas blog ini lah yang dibahas dalam kegiatan "Blogger Camp Indonesia 2015" yang berlangsung di empat kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Purwokerto, Surabaya, dan Makassar, 26-27 Oktober ini sebagai salah satu acara penting mengisi "Hari Blogger Nasional" tahun 2015.
Dibanding tiga kota lainnya, Kota Purwokerto jadi tempat penyelenggaraan paling seru dan beragam. Peserta yang datang bukan dari Purwokerto saja. Mereka - ada 25 orang - datang dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bekasi, Serang, Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, Wonosobo, dan Pekalongan. Pesertanya ada yang masih pelajar SMA, mahasiswa, karyawan, wartawan, dosen, dan aktivis buruh migran.
"Senang sekali Purwokerto jadi tuan rumah Blogger Camp Indonesia 2015. Baru sekali ini Purwokerto jadi tempat kegiatan blogger tingkat nasional," ungkap Pungky Prasetyo, ketua panitia Blogger Camp Purwokerto, saat menyambut para peserta pada Senin (26/10) sore yang sedikit gerimis dan mulai berkabut di Wisma Putih, PLTA Ketenger, Purwokerto, di ketinggian 640 dpl.
Tiga pembicara yang hadir di Purwokerto adalah Pradna Paramita, Mira Sahid, dan Noviana Eva. Pradna membahas betapa dahsyatnya gerakan desa internet di Purwokerto (Jawa Tengah), Ciamis (Jawa Barat), dan Pidie (Nanggroe Aceh Darussalam). Desa-desa tersebut bahkan sudah menerapkan teknologi teleconference dan memanfaatkan link YouTube untuk rapat-rapat desa! Mira memberikan pengalamannya bagaimana mengelola blog sehingga dapat menghasilkan uang dan jadi pekerjaan yang mengasyikkan. Sementara Eva berbagi ilmu tentang "content and marketing".
Selain acaranya asyik, seru, dan akrab, yang menarik di Blogger Camp Purwokerto yang disponsori "Indosat Love" ini adalah inisiatif para peserta untuk memajukan dunia blogger di Indonesia. Mereka membuat catatan penting yang diberi nama "Resolusi Ketenger". Ada tujuh catatan yang tertuang dalam "Resolusi Ketenger". Yang paling utama adalah menuntut pemerintah untuk segera membangun infrastuktur yang mendukung industri telekomunikasi sehingga jaringan internet super cepat merata di seluruh pelosok Tanah Air.
Ide "Resolusi Ketenger" yang terdengar heroik dan mengandung unsur bela negara itu tercetus penuh semangat oleh para peserta setelah mereka menikmati kuliner khas Purwokerto, Soto Sroto Sokaraja yang "nylekamin" (enak banget) pada saat welcome party semalam, dan sarapan pecel khas Banyumas dengan ndog puyuh serta mendoan yang dimakan bareng "cengis" (cabe rawit yang pedas sekali). Pokoke, Blogger Camp Purwokerto - yang disponsori "Indosat Love" - maen mbanget! (*)
Abi Hasantoso
Wisma Ketenget, Purwokerto
27 Oktober 2015
12:30 WIB
#bloggercampid #lovekonten #pwr #purwokerto #nylekamin #cengis #pokoke #maen #mbanget #indosatlove #haribloggernasional