Senin, 24 Agustus 2009

Malaysia Boleh, Selama Indonesia Tak Punya Harga Diri

Di akhir tahun 90-an, pemerintah Malaysia mencanangkan program Malaysia Boleh. Kata boleh di sini berarti hebat alias top sekali. Sejumlah pencapaian prestisius dicanangkan. Antara lain berdirinya beberapa bangunan fisik yang dijadikan landmark negeri jiran itu, seperti Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur International Airport, dan Sirkuit Internasional Sepang.

Bukan cuma bangunan-bangunan fisik itu saja yang masuk dalam program Malaysia Boleh. Diam-diam pemerintah Malaysia pada saat itu ingin menaklukkan puncak tertinggi di dunia, Mount Everest. Sebuah tim khusus dibentuk pemerintah Malaysia untuk pendakian ke atap tertinggi di dunia itu. Tim ini pun dipersiapkan secara serius dalam jangka waktu lama di Rusia. Tentunya, “proyek rahasia ini” menghabiskan pula biaya yang sangat besar. Lantaran tim ini memperkerjakan ahli-ahli terbaik dari Negeri Beruang Merah itu. Tugas tim ini hanya satu: menancapkan bendera Malaysia di puncak tertinggi di bumi ini!

Rencana prestisius Malaysia Boleh ke Mount Everest, rupanya, sampai ke telinga Komandan Kopassus (waktu itu) Mayjen TNI Prabowo Subianto. Salah seorang mantu Presiden Soeharto ini lalu mempersiapkan tim yang sama dengan waktu yang sesingkat-singkatnya (karena memang mempunyai keterbatasan waktu dan dana) yang dilatih di Pusdiklat Kopassus. Targetnya cuma satu: Tim Pendaki Gunung Indonesia harus mendahului tim Malaysia Boleh mencapai puncak Mount Everest.

Singkat kata, meski dengan pengorbanan yang sangat besar yang dialami dua orang pendakinya, Tim Indonesia sukses mengibarkan bendera Merah-Putih lebih dulu di puncak tertinggi di dunia itu. Selangkah lebih maju, mendahului tim Malaysia Boleh. Dengan kata lain, Malaysia boleh-boleh saja punya rencana ke Mount Everest, tapi faktanya Indonesia lah yang pertama tiba di sana. Tim Malaysia Boleh bisa dibilang gagal hebat, dan hanya bisa menggigit jari.... Panglima ABRI (waktu itu) Faisal Tanjung didampingi Prabowo langsung datang dengan helikopter memberikan ucapan selamat kepada Tim Pendaki Indonesia yang sukses “melibas” tim Malaysia Boleh di Mount Everest.

Kalau boleh menduga-duga apa yang ada di benak Prabowo saat itu, agaknya, dia tak mau Indonesia disaingi oleh sebuah negeri sangat kecil yang luasnya cuma sepersekian persen dari Pulau Kalimantan kita yang mahaluas itu untuk menjadi yang pertama meraih puncak Mount Everest. Bagi Prabowo, Mount Everest adalah simbol tertinggi dunia. Dan bangsa Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di Asia harus tiba di sana lebih dulu, tak boleh didahului oleh tetangganya.

Tapi tak lama, gerakan reformasi merontokkan kekuasan Pak Harto. Karena dianggap sebagai bagian Keluarga Cendana, Prabowo pun terkena getahnya. Lebih parah dari itu, akibat gerakan reformasi yang tak jelas arahnya itu, bangsa Indonesia kian terpuruk. Keterpurukan itu pun masih terasa sampai saat ini.

Indonesia, kini, terbalik-balik jungkir balik. Menjadi negara yang limbung, bingung, linglung. Lupa akan kebesarannya. Lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai simbol negara sampai lupa dinyanyikan di sebuah acara kenegaraan.

Sekarang, terutama delapan tahun terakhir ini, giliran Malaysia yang unjuk kebolehan. Negeri jiran itu “mempermainkan” Indonesia dengan cara “merampas” sebagian warisan khas asli milik Ibu Pertiwi. Dua tahun belakangan ini, bahkan Malaysia selalu cari gara-gara. Mulai dari klaim atas lagu Rasa Sayange, motif batik, Reog Ponorogo (memang ada daerah di Malaysia yang bernama sama Ponorogo?), angklung, dan kini yang paling mutakhir klaim atas Tari Pendet yang jelas-jelas itu dari Bali (memang ada Bali juga di Malaysia?). Dan yang paling menyakitkan sebetulnya adalah penghancuran Indonesia sehancur-hancurnya yang dilakukan secara terang-terangan oleh seorang teroris asal Malaysia bernama Noordin M. Top yang sampai saat ini tidak bisa kita tangkap, dalam keadaan hidup-hidup ataupun mati.

Sampai kapan Indonesia akan terus “dipermainkan” Malaysia? Dan juga negara-negara lainnya?

Jawabannya adalah selama Indonesia tak punya harga diri sebagai sebuah bangsa yang besar.

Sayang, Prabowo bukan presiden kita. Dan Tuhan hanya sekali mengirim Soekarno, seorang presiden berdarah campuran Jawa Timur - Bali yang berani berkata, “Ganyang Malaysia!”

AH
24 Agustus 2009

Senin, 10 Agustus 2009

Driving Skills For Life - Ford Motor Indonesia: Mengemudi Secara Pintar untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan di Jalan

“Waktu kita habis di jalan. Otomatis resiko hidup kita ada di jalan juga. Meski kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan, tapi kita bisa menghindari atau meminimalkan resiko kecelakaan yang mungkin terjadi kalau saja kita tahu caranya.”

Setiap harinya di Jakarta tak kurang dari 7.000.000 mobil berlalu lalang di jalan-jalan ibukota. Mulai yang bergerak sangat cepat di jalan-jalan raya, sampai yang bergerak perlahan di gang-gang sempit. Membludaknya jumlah kendaraan yang mondar-mandir di jalanan Jakarta itu mudah saja dipahami lantaran setiap bulannya rata-rata 10.000 mobil baru terjual dari show room. Selain itu, lalu lintas di Jakarta semakin padat saja karena jalan-jalan di ibukota juga berkurang lantaran sudah diambil menjadi perlintasan khusus busway. Macet di mana-mana jadi pemandangan kita sehari-hari. Dan lebih fatal dari itu, kecelakaan sering terjadi.

Menurut data Asian Development Bank (ADB) pada tahun 2003, di Indonesia terjadi lebih dari 24.500.000 kecelakaan. Jumlah total kecelakaan itu disumbang oleh kecelakaan mobil sebesar 16%, 73% oleh kecelakaan motor, dan sisanya kecelakaan oleh moda transportasi lainnya. Pada hasil survei enam tahun lalu itu, ADB pun mencatat 1.000.000 orang mengalami luka-luka dan 30.000 di antaranya meninggal dunia.

Maka, tak salah kalau World Health Organization (WHO), salah satu badan kesehatan dunia milik PBB, memprediksi bahwa pada tahun 2020 kecelakaan di jalan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian manusia. Padahal pada tahun 1998 WHO masih menempatkan kecelakaan di jalan di peringkat kesembilan. Telah terjadi lonjakan yang sangat signifikan, kenaikan drastis sebanyak enam tingkat, dalam kurun waktu 22 tahun. Itu artinya, kecelakaan lalu lintas menjadi masalah yang sangat serius yang harus mendapat perhatian kita bersama.

Kepedulian mengenai tingginya angka kecelakaan itu menjadi salah satu program utama Corporate Social Responsibility (CSR) PT Ford Mobil Indonesia (FMI) sejak tahun 2008 lalu dengan menggelar kegiatan Driving Skills For Live (DSFL) yang terbuka untuk masyarakat luas. Menurut Marketing Director FMI Davy Tuilan latar belakang penyelenggaraan DSFL karena Ford Motor Company (FMC), induk FMI dan Ford Motor di negara-negara lainnya di dunia, merasa bertanggungjawab kepada konsumennya. “Program DSFL ini diselenggarakan untuk meyakinkan masyarakat bagaimana produk mobil yang dihasilkan FMC tidak berdampak negatif terhadap kehidupan. Justru melalui DSFL ini kami ingin bergerak bersama masyarakat untuk bersama-sama menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan,” papar Davy ketika membuka program DSFL angkatan kesembilan yang berlangsung sehari penuh pada Sabtu (8/8) barusan di Pusdiklat Multifungsi Polri di Cikeas, dekat kawasan Cibubur, timur Jakarta.

Program DSFL dirancang bersama Asia Injury Prevention (AIP) Foundation, yang menjadi anggota United Nations Road Safety Collaboration (UNRSC), khusus untuk negara-negara di Asia, terutama di negara-negara ASEAN. Program DSFL ini gencar dilakukan di Asia, masih menurut Davy, karena saat ini Asia merupakan pasar potensial yang sangat berkembang. Setahun terakhir ini pasar Asia sudah melebihi pasar Amerika. Seperti kita ketahui, akibat resesi ekonomi yang melanda Amerika Serikat, setahun terakhir ini penjualan mobil di sana anjlok drastis dari 16.000.000 unit menjadi 10.000.000 unit. Sementara di China, untuk kurun waktu yang sama, penjualan mobil meningkat tajam, dari 7.000.000 unit menjadi 11.000.000 unit.

Melalui program DSFL ini, FMI ingin mengajak masyarakat mengubah mind-set cara berkendara. “Dengan program DSFL ini kami ingin berbagi pengetahuan bagaimana mengemudi secara cerdas yang dapat menjaga keselamatan kita dan menghemat bahan bakar,” tambah Davy.

Di Indonesia FMI mempercayakan pelaksanaan DSFL kepada Indonesia Defensive Driving Center (IDDC). Pelatihan sehari DSFL dibagi dalam dua sesi, kelas pada pagi hari dan praktek langsung di jalan setelah makan siang. Kegiatan di kelas berlangsung selama tiga jam, dan praktek berkendara sekitar empat jam.

Selama di kelas, peserta diajak memahami apa itu smart driving, mengemudi secara pintar. Smart driving terdiri dari tiga unsur, yaitu defensive driving, safety driving, dan eco-driving.

Defensive driving merupakan dasar utama yang harus kita miliki saat mengemudi. Menyangkut sikap, perilaku, dan mental kita saat berkendara. Terutama mengendalikan emosi diri. “Prinsip defensive driving adalah yang waras, yang ngalah. Kita harus terbiasa menginstropeksi diri saat berkendara. Sikap ini memang sangat sulit karena di jalan sering kali emosi kita gampang meledak-ledak,” jelas Dodi Budiono, instruktur IDDC yang memberikan materi pelajaran di kelas.

Sementara safety driving lebih pada ketrampilan dan teknik berkendara yang harus dimiliki. Ada sepuluh hal yang harus diperhatikan untuk safety driving ini: 1. Penggunaan safety belt, 2. Pengaturan kaca spion, 3. Sikap mawas diri, 4. Menghindari gangguan di dalam maupun di luar mobil, 5. Menjaga jarak aman, 6. Pengoperasian gigi transmisi, 7. Mempergunakan momentum kendaraan, 8. Mematikan mesin kendaraan, 9. Pemeriksaan awal kendaraan, dan 10. Beban berat pada kendaraan yang akan mempengaruhi konsumsi BBM.

Sedangkan eco-driving itu merupakan upaya yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar dan menjaga keasrian lingkungan, terutama untuk mencegah polusi yang lebih tinggi.

Sesi yang paling seru, tentu saja, adalah praktek lapangan. Peserta dipandu langsung Bintarto Agung, juga instruktur berpengalaman dari IDDC. Peserta yang berjumlah 64 orang dibagi dalam delapan grup, masing-masing delapan orang, yang menjajal delapan mobil terbaru keluaran Ford. Terdiri dari Ford Everest, Ford Ranger, Ford Escape, dan Ford Focus. Seluruh mobil bertransmisi otomatis, hanya satu yang manual untuk Ford Ranger.

Peserta diajarkan bagaimana bermanuver slalom, melakukan pengereman mendadak di medan yang basah dan licin dengan sistem pengereman non-ABS dan ABS, serta menghadapi situasi mengerem secara mendadak dan melakukan manuver ke kanan atau ke kiri sesuai lampu yang menyala (lampu hijau mobil di belokkan ke kanan dan lampu merah mobil dibelokkan ke kiri).

Di tengah kegiatan praktek lapangan, tiba-tiba Presiden Direktur FMI Will Angove ikutan mencoba. Spontan para peserta merasa terkejut karena tidak menyangka orang nomor satu di FMI ini nekat terjun langsung. Apalagi, ia mencoba bagaimana mengatasi kendaraan yang mengerem mendadak dengan sistem pengereman non-ABS. Ia berhasil menjalani praktek itu. Peserta pun memberi aplaus panjang kepada Will Angove. “Ternyata, seru sekali, ya. Saya begitu menikmati praktek tadi,” kata Mr. Angove, yang dulunya adalah seorang pembalap mobil di negerinya Australia.

Meski berlangsung lama, para peserta tidak merasa bosan. Karena selain sudah menikmati makan siang yang sangat lezat dengan menu salad, makanan yang serba daging, dan dessert yang segar, selama praktek langsung peserta bebas memilih makan bakso atau snacks serta minum jus maupun soft drink sepuas-puasnya. Selain itu, peserta juga disuguhi totonan mirip Police Academy di Ancol dan adegan film Fast & Furious oleh instruktur IDDS yang sudah berpengalaman. Yaitu kejar-kejaran antara polisi dan penjahat yang mempraktekkan teknik mengemudi U-turn, J-turn, dan drfiting. Cara mereka mengendalikan mobil benar-benar “sinting” dan mengundang decak kagum seluruh peserta.

Lebih dari itu, tentu saja, seluruh peserta ingin mendapatkan sertifikat yang sangat berarti sebagai tanda lulus mengikuti kegiatan DSFL yang menarik ini. Menurut Communication Manager FMI Cepi S. Husada, peserta DSFL angkatan kesembilan ini merupakan angkatan terbaik dari keseluruhan DSFL yang pernah diselenggarakan FMI. “Kami salut dengan antusiasme peserta DSFL – Batch 9 ini yang sangat aktif berdiskusi di kelas sehingga waktu belajar bertambah hampir satu jam dan semangat sekali waktu mengikuti praktek langsung,” tutur Cepi.

Hingga saat ini, sambung Cepi, tak kurang dari 1.500 orang sudah mendapatkan pelatihan DSFL. Kegiatan DSFL ini akan terus dilakukan oleh Ford Motor Indonesia hingga beberapa tahun ke depan. Supaya banyak masyarakat yang semakin mengerti akan pentingnya berkendara yang aman untuk kehidupan. Padahal, investasi per orang untuk kegiatan ini terbilang mahal. Untuk mengikuti program DSFL ini biaya satu orang peserta tak kurang dari Rp 2,5 juta. Dan semua itu ditanggung semua oleh Ford Motor Indonesia alias gratis. Peserta tak perlu membayar sepeser pun untuk mengikuti program DSFL ini.

Rencananya, jadwal DSFL berikutnya adalah bulan Oktober mendatang. Anda tertarik ikut DSFL – Batch 10? Buruan segera mendaftar karena tempat terbatas. Informasi bisa dilihat di www.ford.co.id atau bisa juga bergabung jadi anggota DSFL Indonesia di facebook.

AH
10 Agustus 2009

Jumat, 07 Agustus 2009

WS RENDRA

Waktunya sudah tiba
Semua dari kita akan kembali, tak terkecuali dirimu

Ruang hati kami puluhan tahun telah kau penuhi dengan hidupnya kata-kata yang bermakna
Engkau membuka cakrawala pandang yang begitu luas akan arti kehidupan
Negeri zamrud khatulistiwa nan indah ini telah kau bawa namanya melanglang buana
Detak jantungmu dan nafasmu hanya untuk Tanah Air
Rindumu dan cinta kasih sayangmu kau persembahkan melulu bagi Ibu Pertiwi
Alam bersedih, wahai Si Burung Merak, ketika kau terbang tinggi menembus langit nun jauh di sana dan kau tak akan pernah kembali lagi....


AH
7 Agustus 2009
3:15
(Puisi ini untuk mengenang W.S. Rendra yang membawa pergi cintanya untuk seseorang yang ia kasihi)

Selasa, 04 Agustus 2009

Wawancara Imajiner EKSKLUSIF dengan Mbah Surip: "Saya Korban Industri Musik, Popularitas, dan Uang...."

Secara resmi, saya pertama kali melihat aksi panggung Mbah Surip dalam acara meriah peluncuran logo baru sebuah stasiun televisi di Balai Sidang Senayan, medio Maret 2004. Saat itu Mbah Surip tampil tidak on-air. Melainkan tampil untuk off-air cuma sekitar tiga menit – lima menit, ketika mengisi jeda lantaran tayangan iklan di televisi, untuk menghibur undangan yang hadir di situ. Dengan kata lain, Mbah Surip menjadi penggembira saja untuk audiens yang terbatas. Kalah moncer dibanding duet pendatang baru Ratu, yang saat itu masih digawangi Maia – Pinkan Mambo.

Penampilan Mbah Surip malam itu, yang cuma menjadi ban serep, sangat memukau. Mampu mengocok perut hadirin. Sampai terpingkal-pingkal. Kalau saya tidak salah mendengar, malam itu Mbah Surip sudah mengkampanyekan jargon “I Love You Full” berkali-kali. Pun malam itu Mbah Surip memamerkan cara dia tertawa ha-ha-ha-nya yang khas, lepas, menghibur. Dengan dandanan ala seniman yang terkesan jarang mandi, Mbah Surip sungguh gampang diingat.

Belakangan ini, tepatnya selama dua bulan ini, nama Mbah Surip langsung meroket ke langit ketujuh di jagat Nusantara. Lagu Tak Gendong melambungkan namanya ke atas awan. Nasib Mbah Surip bisa dibilang mirip seperti Tukul Arwana. Kalau Tukul berhasil menembus dunia talk-show sebagai host berwajah tidak tampan, Mbah Surip sukses memecahkan mitos kalau musisi atau penyanyi tidak harus bertampang ganteng (anggota Kangen Band malah ada yang lebih gak ganteng). Apalagi Mbah Surip sudah terbiasa menjalani hidup sebagai seorang rastaman yang ber-soul jah, mencintai sesama dengan cara apa adanya, lengkap dengan atribut topi kupluk dan syal berwarna-warni mer-ku-jo (merah-kuning-ijo).

Mbah Surip yang biasa hidup dengan orang-orang jalanan dan dekat comberan belakangan ini tiba-tiba hidup bergelimang uang. Kabarnya ring back tone lagu Tak Gendong terjual puluhan miliar rupiah. Dan setelah dikalkulasi bisnis, Mbah Surip dapat royalti tak kurang dari empat miliar rupiah, suatu angka yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Ia pun jadi sering tampil di layar kaca. Ditanggap dari satu panggung ke panggung lain. Tak terkecuali menjadi bintang iklan. Sayang, belum sempat menikmati hasil jerih payahnya bernilai miliaran rupiah itu, Mbah Surip keburu dipanggil Tuhan, pada Selasa 4 Agustus 2009 pukul 10 pagi lewat di Jakarta, dalam usia 60 tahun. Ia meninggalkan 4 anak, 4 cucu, 300.000 lebih penggemarnya di facebook, serta negeri yang dicintainya Indonesia.

Berikut wawancara imajiner eksklusif dengan Mbah Surip:

T: Apa kabar, Mbah Surip?

J: Hahaha.... Apik tenan, piss man...! I love you full.... Hahaha....

T: Sibuk sekali kelihatannya Si Mbah ini....

J: Hahaha.... Iya, ini, Si Mbah lagi sibuk sekali.... Ini baru aja selesai syuting di tivi-tivi, bikin videoklip, dan syuting untuk iklan lebarannya XL, padahal bulan puasanya aja belum datang.... Hahaha.... Sibuk, tho.... Manthep, tho.... Hahaha....

T: Sekarang, Si Mbah terkenal dan banyak uang....

J: Hahaha.... I love you full.... Saya dari dulu, memang, sudah merasa terkenal, setidaknya di keluarga saya dan teman-teman saya.... Hahaha.... Tapi apa betul Si Mbah banyak uang...? Hahaha....

T: Maksud Si Mbah...? Jangan bikin bingung, tho, Mbah....

J: Hahaha.... Iya, katanya saya dibilang banyak uang.... Uang saya miliaran.... Tapi saya kok belum pernah lihat kalau saya punya uang miliaran.... Hahaha....

T: Bukannya dari ring back tone lagu Tak Gendong laku sampai Rp 60 miliar dan Si Mbah dapat royalti lebih dari Rp 4 miliar....

J: Hahaha.... Apa itu royalti? Apa royalti berlaku di Indonesia? Hahaha.... Kalau Si Mbah suka makan roti sembari ngopi.... Hahaha.... Si Mbah taunya roti aja.... Hahaha....

T: Jadi Si Mbah belum dapat royalti sama sekali....

J: Hahaha.... Buktinya Si Mbah masih gini-gini aja, tho.... Enak, tho.... Hahaha....

T: Enak gak Mbah punya uang Rp 4 miliar....

J: Hahaha.... Enak gimana? Belum pegang uangnya saja dah banyak yang ngejar-ngejar.... Tiap hari banyak orang mencari saya.... Mendekati Si Mbah.... Disangkanya Si Mbah ini banyak uang, pegang uang miliar-miliaran.... Rumah Si Mbah rame terus kayak pasar malam.... Hahaha....

T: Jadi yang enak siapa dong Mbah?

J: (Mbah Surip tampak serius sedikit). Yang enak, ya, yang pegang industri musik. Entah itu perusahan rekaman musik atau provider telepon seluler. Mereka lah yang menikmati rezeki Si Mbah....

T: Dengan kata lain....

J: (Mbah Surip masih tampak serius sedikit). Seniman seperti Si Mbah ini cuma barang dagangan. Ketika laku di-eksploatasi gila-gilaan. Harus begini, harus begitu. Mesti ke sini, mesti ke situ. Setiap hari.... Si Mbah dibikin populer, terkenal di mana-mana, dikenal siapa saja, dari kakek nenek – bapak ibu – sampai anak cucu cicit.... Popularitas ini yang meningkatkan nilai jual Si Mbah. Dalam hal ini supaya lagu Si Mbah bisa laku terjual sebanyak-banyaknya.... Itu artinya, Si Mbah sudah jadi mesin pencetak uang yang jumlahnya tiap hari semakin bertambah banyak...sampai miliar-miliaran itu.... Inilah industri kapitalisme dan Si Mbah jadi sapi perahnya....

T: Tapi kelihatannya Si Mbah menikmati situasi ini....

J: (Mbah Surip sudah tidak begitu serius tampangnya). Ya, mau gimana lagi? Ya, harus dinikmati.... Mau tidak mau harus dinikmati.... Inilah hidup....

T: Ngomong-ngomong, Si Mbah masih suka nongkrong sama teman-teman di Bulungan – Blok M? Kan Si Mbah sekarang sudah kaya raya....

J: (Mbak Surip sudah tidak tegang lagi, kembali ke sifat asalnya). Hahaha.... Mana bisa saya lupa sama teman-teman di Bulungan.... Mereka kan sedulur saya. Sama saudara kita gak boleh lupa meski kita kaya, apalagi kalau kita miskin.... Kita harus tetap ingat sama saudara.... Hahaha.... I love you full.... Hahaha....

T: Apalagi Mbah yang seharusnya dilakukan sesama saudara....

J: Hahaha.... Sama saudara itu harus rukun.... Kita ini semua bersaudara harus rukun.... Kalau kita rukun, Indonesia pasti aman sejahtera. Karena gak ada yang gonthok-gonthokan, tho.... Semuanya bisa bekerja sama.... Indonesia pasti maju, Indonesia pasti mandiri.... Hahaha.... I love you Indonesia full.... Hahaha....

T: Apa yang akan dilakukan Si Mbah sekarang....

J: Hahaha.... Si Mbah capek.... Kurang tidur.... Kebanyakan ngerokok, kebanyakan ngopi.... Si Mbah mau tidur.... Hahaha.... I love you full.... Hahaha....

T: Ada yang mau disampaikan buat para penggemar Si Mbah yang ada di mana-mana...?

J: Hahaha.... Kayak ustadz saja Si Mbah ini.... Pokoknya, buat semua penggemar Si Mbah yang ada di mana saja, jangan sampai kalian kayak Si Mbah, ya.... Kalau bisa jangan merokok, karena rokok itu banyak racunnya.... Racun, kok, dibeli.... Hahaha.... Pokoknya, dari Si Mbah I love you full sama para penggemar semua.... Hahaha....

T: Cuma itu, Mbah....

J: Hahaha.... Mau apalagi...? Hahaha.... Mau duit dari Si Mbah...? Hahaha.... I love you full.... Hahaha.... Yo, wis, yo.... Si Mbah mau istirahat dulu, mau tidur dulu, jangan diganggu.... Hahaha....

AH

4 Agustus 2009