Senin, 10 Agustus 2009

Driving Skills For Life - Ford Motor Indonesia: Mengemudi Secara Pintar untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan di Jalan

“Waktu kita habis di jalan. Otomatis resiko hidup kita ada di jalan juga. Meski kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan, tapi kita bisa menghindari atau meminimalkan resiko kecelakaan yang mungkin terjadi kalau saja kita tahu caranya.”

Setiap harinya di Jakarta tak kurang dari 7.000.000 mobil berlalu lalang di jalan-jalan ibukota. Mulai yang bergerak sangat cepat di jalan-jalan raya, sampai yang bergerak perlahan di gang-gang sempit. Membludaknya jumlah kendaraan yang mondar-mandir di jalanan Jakarta itu mudah saja dipahami lantaran setiap bulannya rata-rata 10.000 mobil baru terjual dari show room. Selain itu, lalu lintas di Jakarta semakin padat saja karena jalan-jalan di ibukota juga berkurang lantaran sudah diambil menjadi perlintasan khusus busway. Macet di mana-mana jadi pemandangan kita sehari-hari. Dan lebih fatal dari itu, kecelakaan sering terjadi.

Menurut data Asian Development Bank (ADB) pada tahun 2003, di Indonesia terjadi lebih dari 24.500.000 kecelakaan. Jumlah total kecelakaan itu disumbang oleh kecelakaan mobil sebesar 16%, 73% oleh kecelakaan motor, dan sisanya kecelakaan oleh moda transportasi lainnya. Pada hasil survei enam tahun lalu itu, ADB pun mencatat 1.000.000 orang mengalami luka-luka dan 30.000 di antaranya meninggal dunia.

Maka, tak salah kalau World Health Organization (WHO), salah satu badan kesehatan dunia milik PBB, memprediksi bahwa pada tahun 2020 kecelakaan di jalan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian manusia. Padahal pada tahun 1998 WHO masih menempatkan kecelakaan di jalan di peringkat kesembilan. Telah terjadi lonjakan yang sangat signifikan, kenaikan drastis sebanyak enam tingkat, dalam kurun waktu 22 tahun. Itu artinya, kecelakaan lalu lintas menjadi masalah yang sangat serius yang harus mendapat perhatian kita bersama.

Kepedulian mengenai tingginya angka kecelakaan itu menjadi salah satu program utama Corporate Social Responsibility (CSR) PT Ford Mobil Indonesia (FMI) sejak tahun 2008 lalu dengan menggelar kegiatan Driving Skills For Live (DSFL) yang terbuka untuk masyarakat luas. Menurut Marketing Director FMI Davy Tuilan latar belakang penyelenggaraan DSFL karena Ford Motor Company (FMC), induk FMI dan Ford Motor di negara-negara lainnya di dunia, merasa bertanggungjawab kepada konsumennya. “Program DSFL ini diselenggarakan untuk meyakinkan masyarakat bagaimana produk mobil yang dihasilkan FMC tidak berdampak negatif terhadap kehidupan. Justru melalui DSFL ini kami ingin bergerak bersama masyarakat untuk bersama-sama menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan,” papar Davy ketika membuka program DSFL angkatan kesembilan yang berlangsung sehari penuh pada Sabtu (8/8) barusan di Pusdiklat Multifungsi Polri di Cikeas, dekat kawasan Cibubur, timur Jakarta.

Program DSFL dirancang bersama Asia Injury Prevention (AIP) Foundation, yang menjadi anggota United Nations Road Safety Collaboration (UNRSC), khusus untuk negara-negara di Asia, terutama di negara-negara ASEAN. Program DSFL ini gencar dilakukan di Asia, masih menurut Davy, karena saat ini Asia merupakan pasar potensial yang sangat berkembang. Setahun terakhir ini pasar Asia sudah melebihi pasar Amerika. Seperti kita ketahui, akibat resesi ekonomi yang melanda Amerika Serikat, setahun terakhir ini penjualan mobil di sana anjlok drastis dari 16.000.000 unit menjadi 10.000.000 unit. Sementara di China, untuk kurun waktu yang sama, penjualan mobil meningkat tajam, dari 7.000.000 unit menjadi 11.000.000 unit.

Melalui program DSFL ini, FMI ingin mengajak masyarakat mengubah mind-set cara berkendara. “Dengan program DSFL ini kami ingin berbagi pengetahuan bagaimana mengemudi secara cerdas yang dapat menjaga keselamatan kita dan menghemat bahan bakar,” tambah Davy.

Di Indonesia FMI mempercayakan pelaksanaan DSFL kepada Indonesia Defensive Driving Center (IDDC). Pelatihan sehari DSFL dibagi dalam dua sesi, kelas pada pagi hari dan praktek langsung di jalan setelah makan siang. Kegiatan di kelas berlangsung selama tiga jam, dan praktek berkendara sekitar empat jam.

Selama di kelas, peserta diajak memahami apa itu smart driving, mengemudi secara pintar. Smart driving terdiri dari tiga unsur, yaitu defensive driving, safety driving, dan eco-driving.

Defensive driving merupakan dasar utama yang harus kita miliki saat mengemudi. Menyangkut sikap, perilaku, dan mental kita saat berkendara. Terutama mengendalikan emosi diri. “Prinsip defensive driving adalah yang waras, yang ngalah. Kita harus terbiasa menginstropeksi diri saat berkendara. Sikap ini memang sangat sulit karena di jalan sering kali emosi kita gampang meledak-ledak,” jelas Dodi Budiono, instruktur IDDC yang memberikan materi pelajaran di kelas.

Sementara safety driving lebih pada ketrampilan dan teknik berkendara yang harus dimiliki. Ada sepuluh hal yang harus diperhatikan untuk safety driving ini: 1. Penggunaan safety belt, 2. Pengaturan kaca spion, 3. Sikap mawas diri, 4. Menghindari gangguan di dalam maupun di luar mobil, 5. Menjaga jarak aman, 6. Pengoperasian gigi transmisi, 7. Mempergunakan momentum kendaraan, 8. Mematikan mesin kendaraan, 9. Pemeriksaan awal kendaraan, dan 10. Beban berat pada kendaraan yang akan mempengaruhi konsumsi BBM.

Sedangkan eco-driving itu merupakan upaya yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar dan menjaga keasrian lingkungan, terutama untuk mencegah polusi yang lebih tinggi.

Sesi yang paling seru, tentu saja, adalah praktek lapangan. Peserta dipandu langsung Bintarto Agung, juga instruktur berpengalaman dari IDDC. Peserta yang berjumlah 64 orang dibagi dalam delapan grup, masing-masing delapan orang, yang menjajal delapan mobil terbaru keluaran Ford. Terdiri dari Ford Everest, Ford Ranger, Ford Escape, dan Ford Focus. Seluruh mobil bertransmisi otomatis, hanya satu yang manual untuk Ford Ranger.

Peserta diajarkan bagaimana bermanuver slalom, melakukan pengereman mendadak di medan yang basah dan licin dengan sistem pengereman non-ABS dan ABS, serta menghadapi situasi mengerem secara mendadak dan melakukan manuver ke kanan atau ke kiri sesuai lampu yang menyala (lampu hijau mobil di belokkan ke kanan dan lampu merah mobil dibelokkan ke kiri).

Di tengah kegiatan praktek lapangan, tiba-tiba Presiden Direktur FMI Will Angove ikutan mencoba. Spontan para peserta merasa terkejut karena tidak menyangka orang nomor satu di FMI ini nekat terjun langsung. Apalagi, ia mencoba bagaimana mengatasi kendaraan yang mengerem mendadak dengan sistem pengereman non-ABS. Ia berhasil menjalani praktek itu. Peserta pun memberi aplaus panjang kepada Will Angove. “Ternyata, seru sekali, ya. Saya begitu menikmati praktek tadi,” kata Mr. Angove, yang dulunya adalah seorang pembalap mobil di negerinya Australia.

Meski berlangsung lama, para peserta tidak merasa bosan. Karena selain sudah menikmati makan siang yang sangat lezat dengan menu salad, makanan yang serba daging, dan dessert yang segar, selama praktek langsung peserta bebas memilih makan bakso atau snacks serta minum jus maupun soft drink sepuas-puasnya. Selain itu, peserta juga disuguhi totonan mirip Police Academy di Ancol dan adegan film Fast & Furious oleh instruktur IDDS yang sudah berpengalaman. Yaitu kejar-kejaran antara polisi dan penjahat yang mempraktekkan teknik mengemudi U-turn, J-turn, dan drfiting. Cara mereka mengendalikan mobil benar-benar “sinting” dan mengundang decak kagum seluruh peserta.

Lebih dari itu, tentu saja, seluruh peserta ingin mendapatkan sertifikat yang sangat berarti sebagai tanda lulus mengikuti kegiatan DSFL yang menarik ini. Menurut Communication Manager FMI Cepi S. Husada, peserta DSFL angkatan kesembilan ini merupakan angkatan terbaik dari keseluruhan DSFL yang pernah diselenggarakan FMI. “Kami salut dengan antusiasme peserta DSFL – Batch 9 ini yang sangat aktif berdiskusi di kelas sehingga waktu belajar bertambah hampir satu jam dan semangat sekali waktu mengikuti praktek langsung,” tutur Cepi.

Hingga saat ini, sambung Cepi, tak kurang dari 1.500 orang sudah mendapatkan pelatihan DSFL. Kegiatan DSFL ini akan terus dilakukan oleh Ford Motor Indonesia hingga beberapa tahun ke depan. Supaya banyak masyarakat yang semakin mengerti akan pentingnya berkendara yang aman untuk kehidupan. Padahal, investasi per orang untuk kegiatan ini terbilang mahal. Untuk mengikuti program DSFL ini biaya satu orang peserta tak kurang dari Rp 2,5 juta. Dan semua itu ditanggung semua oleh Ford Motor Indonesia alias gratis. Peserta tak perlu membayar sepeser pun untuk mengikuti program DSFL ini.

Rencananya, jadwal DSFL berikutnya adalah bulan Oktober mendatang. Anda tertarik ikut DSFL – Batch 10? Buruan segera mendaftar karena tempat terbatas. Informasi bisa dilihat di www.ford.co.id atau bisa juga bergabung jadi anggota DSFL Indonesia di facebook.

AH
10 Agustus 2009

Tidak ada komentar: