Selasa, 04 Agustus 2009

Wawancara Imajiner EKSKLUSIF dengan Mbah Surip: "Saya Korban Industri Musik, Popularitas, dan Uang...."

Secara resmi, saya pertama kali melihat aksi panggung Mbah Surip dalam acara meriah peluncuran logo baru sebuah stasiun televisi di Balai Sidang Senayan, medio Maret 2004. Saat itu Mbah Surip tampil tidak on-air. Melainkan tampil untuk off-air cuma sekitar tiga menit – lima menit, ketika mengisi jeda lantaran tayangan iklan di televisi, untuk menghibur undangan yang hadir di situ. Dengan kata lain, Mbah Surip menjadi penggembira saja untuk audiens yang terbatas. Kalah moncer dibanding duet pendatang baru Ratu, yang saat itu masih digawangi Maia – Pinkan Mambo.

Penampilan Mbah Surip malam itu, yang cuma menjadi ban serep, sangat memukau. Mampu mengocok perut hadirin. Sampai terpingkal-pingkal. Kalau saya tidak salah mendengar, malam itu Mbah Surip sudah mengkampanyekan jargon “I Love You Full” berkali-kali. Pun malam itu Mbah Surip memamerkan cara dia tertawa ha-ha-ha-nya yang khas, lepas, menghibur. Dengan dandanan ala seniman yang terkesan jarang mandi, Mbah Surip sungguh gampang diingat.

Belakangan ini, tepatnya selama dua bulan ini, nama Mbah Surip langsung meroket ke langit ketujuh di jagat Nusantara. Lagu Tak Gendong melambungkan namanya ke atas awan. Nasib Mbah Surip bisa dibilang mirip seperti Tukul Arwana. Kalau Tukul berhasil menembus dunia talk-show sebagai host berwajah tidak tampan, Mbah Surip sukses memecahkan mitos kalau musisi atau penyanyi tidak harus bertampang ganteng (anggota Kangen Band malah ada yang lebih gak ganteng). Apalagi Mbah Surip sudah terbiasa menjalani hidup sebagai seorang rastaman yang ber-soul jah, mencintai sesama dengan cara apa adanya, lengkap dengan atribut topi kupluk dan syal berwarna-warni mer-ku-jo (merah-kuning-ijo).

Mbah Surip yang biasa hidup dengan orang-orang jalanan dan dekat comberan belakangan ini tiba-tiba hidup bergelimang uang. Kabarnya ring back tone lagu Tak Gendong terjual puluhan miliar rupiah. Dan setelah dikalkulasi bisnis, Mbah Surip dapat royalti tak kurang dari empat miliar rupiah, suatu angka yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Ia pun jadi sering tampil di layar kaca. Ditanggap dari satu panggung ke panggung lain. Tak terkecuali menjadi bintang iklan. Sayang, belum sempat menikmati hasil jerih payahnya bernilai miliaran rupiah itu, Mbah Surip keburu dipanggil Tuhan, pada Selasa 4 Agustus 2009 pukul 10 pagi lewat di Jakarta, dalam usia 60 tahun. Ia meninggalkan 4 anak, 4 cucu, 300.000 lebih penggemarnya di facebook, serta negeri yang dicintainya Indonesia.

Berikut wawancara imajiner eksklusif dengan Mbah Surip:

T: Apa kabar, Mbah Surip?

J: Hahaha.... Apik tenan, piss man...! I love you full.... Hahaha....

T: Sibuk sekali kelihatannya Si Mbah ini....

J: Hahaha.... Iya, ini, Si Mbah lagi sibuk sekali.... Ini baru aja selesai syuting di tivi-tivi, bikin videoklip, dan syuting untuk iklan lebarannya XL, padahal bulan puasanya aja belum datang.... Hahaha.... Sibuk, tho.... Manthep, tho.... Hahaha....

T: Sekarang, Si Mbah terkenal dan banyak uang....

J: Hahaha.... I love you full.... Saya dari dulu, memang, sudah merasa terkenal, setidaknya di keluarga saya dan teman-teman saya.... Hahaha.... Tapi apa betul Si Mbah banyak uang...? Hahaha....

T: Maksud Si Mbah...? Jangan bikin bingung, tho, Mbah....

J: Hahaha.... Iya, katanya saya dibilang banyak uang.... Uang saya miliaran.... Tapi saya kok belum pernah lihat kalau saya punya uang miliaran.... Hahaha....

T: Bukannya dari ring back tone lagu Tak Gendong laku sampai Rp 60 miliar dan Si Mbah dapat royalti lebih dari Rp 4 miliar....

J: Hahaha.... Apa itu royalti? Apa royalti berlaku di Indonesia? Hahaha.... Kalau Si Mbah suka makan roti sembari ngopi.... Hahaha.... Si Mbah taunya roti aja.... Hahaha....

T: Jadi Si Mbah belum dapat royalti sama sekali....

J: Hahaha.... Buktinya Si Mbah masih gini-gini aja, tho.... Enak, tho.... Hahaha....

T: Enak gak Mbah punya uang Rp 4 miliar....

J: Hahaha.... Enak gimana? Belum pegang uangnya saja dah banyak yang ngejar-ngejar.... Tiap hari banyak orang mencari saya.... Mendekati Si Mbah.... Disangkanya Si Mbah ini banyak uang, pegang uang miliar-miliaran.... Rumah Si Mbah rame terus kayak pasar malam.... Hahaha....

T: Jadi yang enak siapa dong Mbah?

J: (Mbah Surip tampak serius sedikit). Yang enak, ya, yang pegang industri musik. Entah itu perusahan rekaman musik atau provider telepon seluler. Mereka lah yang menikmati rezeki Si Mbah....

T: Dengan kata lain....

J: (Mbah Surip masih tampak serius sedikit). Seniman seperti Si Mbah ini cuma barang dagangan. Ketika laku di-eksploatasi gila-gilaan. Harus begini, harus begitu. Mesti ke sini, mesti ke situ. Setiap hari.... Si Mbah dibikin populer, terkenal di mana-mana, dikenal siapa saja, dari kakek nenek – bapak ibu – sampai anak cucu cicit.... Popularitas ini yang meningkatkan nilai jual Si Mbah. Dalam hal ini supaya lagu Si Mbah bisa laku terjual sebanyak-banyaknya.... Itu artinya, Si Mbah sudah jadi mesin pencetak uang yang jumlahnya tiap hari semakin bertambah banyak...sampai miliar-miliaran itu.... Inilah industri kapitalisme dan Si Mbah jadi sapi perahnya....

T: Tapi kelihatannya Si Mbah menikmati situasi ini....

J: (Mbah Surip sudah tidak begitu serius tampangnya). Ya, mau gimana lagi? Ya, harus dinikmati.... Mau tidak mau harus dinikmati.... Inilah hidup....

T: Ngomong-ngomong, Si Mbah masih suka nongkrong sama teman-teman di Bulungan – Blok M? Kan Si Mbah sekarang sudah kaya raya....

J: (Mbak Surip sudah tidak tegang lagi, kembali ke sifat asalnya). Hahaha.... Mana bisa saya lupa sama teman-teman di Bulungan.... Mereka kan sedulur saya. Sama saudara kita gak boleh lupa meski kita kaya, apalagi kalau kita miskin.... Kita harus tetap ingat sama saudara.... Hahaha.... I love you full.... Hahaha....

T: Apalagi Mbah yang seharusnya dilakukan sesama saudara....

J: Hahaha.... Sama saudara itu harus rukun.... Kita ini semua bersaudara harus rukun.... Kalau kita rukun, Indonesia pasti aman sejahtera. Karena gak ada yang gonthok-gonthokan, tho.... Semuanya bisa bekerja sama.... Indonesia pasti maju, Indonesia pasti mandiri.... Hahaha.... I love you Indonesia full.... Hahaha....

T: Apa yang akan dilakukan Si Mbah sekarang....

J: Hahaha.... Si Mbah capek.... Kurang tidur.... Kebanyakan ngerokok, kebanyakan ngopi.... Si Mbah mau tidur.... Hahaha.... I love you full.... Hahaha....

T: Ada yang mau disampaikan buat para penggemar Si Mbah yang ada di mana-mana...?

J: Hahaha.... Kayak ustadz saja Si Mbah ini.... Pokoknya, buat semua penggemar Si Mbah yang ada di mana saja, jangan sampai kalian kayak Si Mbah, ya.... Kalau bisa jangan merokok, karena rokok itu banyak racunnya.... Racun, kok, dibeli.... Hahaha.... Pokoknya, dari Si Mbah I love you full sama para penggemar semua.... Hahaha....

T: Cuma itu, Mbah....

J: Hahaha.... Mau apalagi...? Hahaha.... Mau duit dari Si Mbah...? Hahaha.... I love you full.... Hahaha.... Yo, wis, yo.... Si Mbah mau istirahat dulu, mau tidur dulu, jangan diganggu.... Hahaha....

AH

4 Agustus 2009

Tidak ada komentar: