Rabu, 17 Desember 2008

CATATAN PIALA AFF 2008: Timnas Melangkah Tanpa Gairah

(Tulisan ini sudah dimuat di GOAL.com, http://www.goal.com/id-id/news/1387/nasional/2008/12/08/1002029/catatan-piala-aff-2008-timnas-melangkah-tanpa-gairah)


Pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A Piala AFF 2008, Selasa (9/11), Indonesia harus mengalahkan Singapura dan menjadi juara grup untuk memberi kegembiraan kepada para pendukungnya.


Sepakbola adalah gairah. Sepakbola itu menggairahkan. Sepakbola itu kegairahan.

Karena menggairahkan hidup serta memberi kegairahan pada pikiran dan jiwa umat manusia, sepakbola dapat diterima menjadi olahraga yang paling digemari di seluruh dunia. Bukan saja orang-orang langsung bermain sepakbola, tapi banyak orang datang ke stadion untuk menonton sepakbola. Karena gairah ini, di beberapa negara bahkan sepakbola sudah menjadi semacam ritual ibadah tersendiri.

Sepakbola yang menggairahkan dan mendorong kegairahan justru tidak tampak pada penampilan kedua babak penyisihan Grup A tim nasional sepakbola Indonesia saat menghadapi tim lemah Kamboja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Minggu (7/12) malam. Maka para penonton yang merupakan pendukung fanatik pun kecewa menyaksikan penampilan Indonesia yang bermain seperti kurang bernafsu di atas lapangan rumput hijau.

Meski skor akhir yang dicetak lebih baik, 4-0 (1-0), dibanding pertandingan sebelumnya melawan Myanmar (3-0), sesungguhnya, Indonesia tampil lebih buruk. Lagi-lagi, sepakbola, memang bukan soal skor akhir pertandingan. Tapi juga menyangkut kegairahan penampilan para pemain saat memainkan bola di atas lapangan.

Koordinasi yang buruk, penguasaan bola yang lemah, serta umpan-umpan yang sering salah sasaran tampak menonjol dan dipertontonkan berulang-ulang. Komunikasi antarpemain juga kurang terjalin rapi. Stamina yang menurun juga membuat para pemain tampil kedodoran.

Soal stamina para pemain, memang, menjadi keprihatinan kita bersama. Bagaimana mau bergairah bila stamina tidak mendukung. Padahal pelatih fisik di timnas Indonesia saat ini merupakan yang terbaik. Dia lah Octavianus Matakupan, salah satu physical trainer terbaik yang kita miliki. Dia sudah berpengalaman saat mempersiapkan tim pendakian Himalaya, klub bolabasket Aspac, klub sepakbola Persikota, tim ahli kebugaran di KONI Pusat dan KONI Daerah Banten, sebelum ditarik Pelatih Benny Dollo bergabung ke timnas Indonesia.

”Banyak pemain yang tidak menjaga kondisi tubuhnya saat kembali ke klub. Ketika masuk pemusatan timnas, saya sering kali harus bekerja keras membuat program untuk mengembalikan mereka pada kondisi terbaik,” jelas Octav, suatu hari. Dengan kata lain, klub tidak terlalu mementingkan latihan fisik yang terprogram.

Stamina yang buruk, sehingga para pemain cepat lelah dan mudah kehilangan konsentrasi, ini lah pangkal penyebab timnas kita kehilangan gairah permainan saat melawan Kamboja. Perlu stamina ekstra untuk bisa bermain konsisten penuh konsentrasi selama 2 x 45 menit.

Kita bersyukur, Budi Sudarsono membuat hat-trick dan menjadikannya topskor sementara turnamen ini bersama Agu Casmir (Singapura) dengan total empat gol dari dua pertandingan yang sudah dilalui. Budi termasuk salah satu pemain yang bergairah membela timnas Indonesia. Ia berlari mencari ruang. Menggangu konsentrasi pertahanan para pemain Kamboja. Dan pada saat yang tepat, ia memanfaatkan peluang-peluang emas menjadi gol-gol yang indah. Ia pantas mendapat julukan ”Budigol” dari para penggemar. Gayanya mengingatkan kita pada striker asal Argentina yang meroket di ”La Viola” Fiorentina, Gabriel Batitusta, yang dipanggil dengan ”Batigol”.

Berbeda dengan Bambang Pamungkas (BP). Sudah saatnya Pelatih Bendol memberikan kesempatan kepada Aliyudin, tandemnya di Persija Jakarta, untuk berduet dengan ”Budigol” pada pertandingan terakhir melawan Singapura dan partai semifinal nanti.

BP bermain terlalu salon dan tidak mau berkeringat. Hanya mencetak masing-masing satu gol di dua pertandingan bukti bahwa BP sudah kehilangan gairah bermain di timnas. Padahal dia lah striker utama timnas Indonesia. Saatnya, Pelatih Bendol harus berani seperti Pelatih Timnas Spanyol Luis Aragones yang tidak memanggil Raul Gonzales, meski pemain ini merupakan idola para penggemar sepakbola Negeri Matador. Toh, BP cuma dibangku-cadangankan sementara sampai gairah bermainnya kembali pulih. BP tetap ada dalam daftar pemain pengganti timnas, nasibnya masih lebih baik dibanding Raul yang hanya bisa menonton pertandingan Piala Eropa.

Selain Aliyudin, Pelatih Bendol wajib memasukkan pemain penuh gairah seperti Syamsul Bachri dalam skuad inti. Pemain ini selalu bermain kesetanan dengan stamina seperti kuda jingkrak. Ia pantas mengisi posisi Ponaryo Astaman sebagai gelandang serang yang juga kuat bertahan. Ketika ia masuk, penampilan timnas terlihat lebih bergairah.

Berbeda dengan Elie Aiboy yang bukan saja tidak bergairah, tapi main seadanya. Duel satu lawan satu saja ia sudah tidak bisa. Penampilan Elie bisa merusak citra produk minuman berenergi internasional yang dibintanginya sebagai local hero. Ia tidak mencitrakan pemain nasional yang “keep going everyday”. Tapi seorang pemain timnas yang loyo. Boro-boro bisa menyamai citra Wayne Rooney, bintang sepakbola Inggris, untuk iklan produk yang sama.

Saat ini, timnas Indonesia memerlukan para pemain yang bergairah di atas lapangan hijau. Bukan cuma para pemain yang percaya diri. Tugas Pelatih Bendol menemukan mereka, supaya sepakbola Indonesia bisa berjaya.

Indonesia, memang, sudah mengantungi satu tiket semifinal AFF Suzuki Cup 2008. Kita jangan buru-buru membicarakan peluang kita di semifinal, apalagi final. Sebaiknya , Indonesia fokus di pertandingan terakhir melawan Singapura di babak penyisihan Grup A. Menghadapi Singapura, sang pemegang gelar juara bertahan Piala AFF dua tahun berturut-turut, timnas Indonesia harus berisi pemain-pemain yang punya gairah dan semangat juang tinggi. Kita harus memenangi pertandingan itu dan menjadi juara grup. Karena itulah satu-satu peluang yang bisa memberikan kegembiraan kepada publik pencinta sepakbola di Tanah Air di tengah paceklik prestasi yang membanggakan selama 17 tahun terakhir ini.

Tidak bisa tidak, Indonesia harus mengalahkan Singapura!

(AH, 8 Desember 2008)

Tidak ada komentar: